oleh: H.FAHRURROZI DAHLAN
Kalau Nanda
Memang Setia
Pasti Selalu
Siap Siaga
Membantu
Ayahanda Membela Agama
di Bulan
Bintang Bersinar Lima
(Wasiat Renungan Masa
pengalaman Baru Bait no. 162)
Bintang, Bulan, Matahari, tiga benda angkasa yang paling disenangi
manusia, paling sering disebut, paling menjadi sorotan, karena ketiganya
bercahaya,. Karena ketiganya indah dan karena ketiganya menerangi dunia, karena
tidak ada yang menyukai kegelapan.
Beberapa
versi pengamat sejarah mengatakan bahwa sebenarnya asal muasal lambang bulan
bintang berasal dari lambang khilafah Islamiyah terakhir yang dimiliki umat
Islam, yaitu Khilafah Turki Utsmani. Khilafah ini adalah warisan terakhir
kejayaan umat Islam. Memiliki luas wilayah yang membentang dari ujung barat
sampai ujung timur dunia. Wilayahnya mencakup tiga benua besar dunia,
Afrika-Eropa dan Asia. Ibukotanya adalah kota yang sejak 1400 tahun yang lalu
telah dijanjikan oleh Rasulullah SAW sebagai kota yang akan jatuh ke tangan
umat Islam. Rasulullah bersabda, "Qonstantinopel akan kalian bebaskan.
Pasukan yang mampu membebaskannya adalah pasukan yang sangat kuat. Dan panglima
yang membebaskannya adalah panglima yang sangat kuat.." Berabad-abad lamanya
umat Islam memimpikan realisasi kabar gembira Rasulullah itu. Namun sejak zaman
Khilafah Rasyidah, Khilafah Bani Umayah hingga Khilafah Bani Abbasiyah, kabar
gembira itu tidak pernah juga terealisasi. Memang sebagian Eropa sudah jatuh ke
tangan Islam, yaitu wilayah Spanyol dengan kota-kotanya antara lain: Cordova,
Seville, Granda dan seterusnya. Namun jantung Eropa belum pernah jatuh secara
serius ke tangan Islam. Barulah ketika Sultan Muhammad II yang lebih dikenal
dengan Sultan Muhammad Al-Fatih menjadi panglima, jatuhlah kota yang pernah
menjadi ibu kota Eropa itu. Lewat pertempuran yang sangat dahsyat dengan
menggunakan senjata paling modern di kala itu, yaitu CANON atau meriam yang
sangat besar dan suaranya memekakkan telinga, Muhammad Al-Fatih berhasil menjatuhkan
kota konstantininopel itu dan menjadikannya sebagai ibu kota Khilafah Turki
Utsmani. Serta menjadikannya pusat peradaban Islam. Wilayahnya adalah tiga
benua dengan semua peradaban yang ada di dalamnya. Saat itu bulan sabit
digunakan untuk melambangkan posisi tiga benua itu. Ujung yang satu menunjukkan
benua Asia yang ada di Timur, ujung lainnya mewakili Afrika yang ada di bagian
lain dan di tengahnya adalah Benua Eropa. Sedangkan lambang bintang menunjukkan
posisi ibu kota yang kemudian diberi nama Istambul yang bermakna: Kota Islam.
Bendera bulan sabit ini adalah bendera resmi umat Islam saat itu, karena
seluruh wilayah dunia Islam berada di bahwa satu naungan khilafah Islamiyah.
Tidak seperti sekarang ini yang terpecah-pecah menjadi sekian ratus negara yang
berdiri sendiri hasil dari jajahan barat. Wajar kalau lambang itu begitu
melekat di hati umat dari ujung barat Maroko sampai ujung Timur Marauke. Inilah
lambang yang pernah dimiliki oleh umat Islam secara bersama, bulan dan bintang.
Dan lambang ini kemudian seolah menjadi lambang resmi umat Islam dan selalu
muncul di kubah-kubah masjid. Dan kalau kita perhatikan, nyaris hampir semua
kubah masjid di berbagai belahan dunia punya lambang ini.
·
FILOSOFIS
BINTANG
Bintang (visioning dan
master leader), memberi makna kejelasan mata angin. Jajaran genjang adalah
gugus bintang yang menunjukkan arah Selatan kepada para pelaut pembelah
samudra. Sebelah kiri selatan adalah Timur, sebelah kanan adalah Barat, dan
Utara adalah lawan dari selatan. Artinya pemimpin tahu arah masa depan dan
mampu menegaskan visi dan misi menuju ke mana rakyat dibawanya.
·
FILOSOFIS
BULAN
Bulan (team building
leader), memberikan makna harmoni, menumbuhkan kerukunan dan kerjasama,
memberikan ketentraman bathin, ketenangan dan keindahan paripurna.
Sedikit belajar dari filosofi bulan, bulan itu
berlubang, jelek, dan permukaannya tidak rata. Makanya kalau dipuji wajahmu
seperti bulan, tapi tahukah anda bahwa bulan yang covernya tidak rata, banyak
lubang-lubangnya, namun ia tetap tulus menyinari malam dan setia menjadi teman
bagi yang sedang gundah gulana. Jelek memang api setelah ia temani, masihkah
kau mau bilang kalau bulan itu jelek? Setelah ia sinari malam dengan cahaya
lembutnya, masihkah kamu mempertanyakan akan keindahannya? itulah bulan. Walau
berlubang walau bentuknya tak bagus dan tak mulus, dan sekarang tidak ada yang
mengumpamakan wajah bagaikan bulan setelah tahu kalau bulan itu tidak rata,
namun ia tetap menyinari tanpa diminta. Ia tetap menjadi teman setia kita bulan
bukan memberikan cahaya tapi menyalurkan cahaya dari matahari, sama seharusnya
seperti kita manusia semua sama, cuman bagaimana kita bisa menyampaikan
anugerah cahaya dari Ilahi yang diberikan pada kita untuk disalurkan pada
sesama.
Rembulan di langit hatiku menyalalah engkau
selalu Temani kemana mesti ku pergi mencari tempat kita tuju Kan ku jaga
nyalamu selalu, pelita perjalananku Kan ku jaga nyalamu selalu, rembulan di
langit hatiku Rembulan di langit hatiku teguhlah engkau pandu aku Ingatkanlah
ku bila tersalah menuju tempat kita tuju Doakanlah ku di shalat malammu
rembulan di langit hatiku Doakanlah ku di shalat malammu pelita perjalananku.
·
NW:
AGUNG, INDAH DAN MULIA
Matahari (enabling
leader), matahari adalah sifat pemimpin yang memberi transparansi, energi
hidup dan penerangan, memberikan pencerahan dan kecerdasan hidup, memberdayakan
atau memberikan pemberdayaan. Matahari
terbit di timur dan tenggelam di barat yang berarti aksiomatik, simbol
keteraturan dan ketegasan tanpa ragu.
Udara (soulmate leader),
udara ada di mana-mana seperti halnya kepemimpinan harus selalu dapat dirasakan
keberadaannya. Tidak ada hampa udara. Bila pemimpin berkelana rakyat kesepian
dan mencarinya. Rasa vakum kepemimpinan menumbuhkan rasa gundah gulana.
Kehadirannya kembali mengisi kekosongan dan kerinduan.
Air (democratic leader),
air harus menjadi pedoman bertindak adil bagi seorang pemimpin. Air selalu waterpas,
tidak miring ke kiri atau ke kanan, artinya tidak ada “anak tiri” atau “anak
mas” bagi sang pemimpin, emansipatif. Air juga member kehidupan
yang adil.
Samudera (creative, wise and decisive leader),
samudera adalah ketangguhan seorang pemimpin. Tidak surut bila ditimba dan
tidak meluap bila diguyur. Artinya seorang pemimpin tidak akan habis
kemampuannya memberikan petunjuk dan terus menerus kreatif. Tidak pula seorang pemimpin tidak meluap marah menghadapi
pertanyaan dan persoalan rakyatnya. Tidak ada keluhan bahwa dia menjadi jenuh
pikiran. Namun samudera bias juga bergelora menjaga martabat: sedumuk bathuk
senyari bumi, pecahing dhadha wutuhing ludiro, sun labuhi taker pati (bila dahi
dicoreng, menginjak sejengkal tanahku dinodai, pecahnya dadatumpahnya darah,
aku bela, nyawa taruhannya).
Bumi (prosperity leader-tahta untuk
rakyat). Bumi adalah symbol ketiadaan dendam, senantiasa pemaaf. Betapapun
diinjak-injak, dibumihangus, ditumbuk, dia tetap menumbuhkan dan memberi
penghidupan dan kemakmuran (Dewi Sri
tumbuh di bumi disemai oleh air). Bumi mengabdi, “tahta untuk rakyat” dimana
kepemimpinan modern menyebutnya sebagai servant leader. Api (justice
and lawful leader). Pemimpin harus seperti api, mampu menghukum yang salah
tanpa pandang bulu. Sekaligus berarti pemimpin jangan bermain api.
Wallahu a'lam bi shawab.
termia kasih atas kajiannya....
ReplyDeleteMakin menambah khazanah pengetahuan keislaman kita.
ReplyDeleteMakin menambah khazanah pengetahuan keislaman kita.
ReplyDelete