Oleh :
Fahrurrozi
ABSTRAKSI
Harus diakui secara objektif,
bahwa sejarah agama adalah sejarah siklik yang penuh dengan hegemoni,
intoleransi, pemaksaan, kekerasan atas nama Tuhan. Atas nama kebenaran, atas
nama keselamatan, atas nama nilai ideal, bahkan atas nama suci Tuhan, agama
menjadi alat legitimasi yang paling nyata dalam tragedi pemberangusan hak-hak
dan kebebasan sipil. Hak-hak sipil dan kebebasan individu yang secara rasional
kita terima sebagai sebuah postulat universal kemanusiaan, harus diingkari dan
dinodai demi sebuah arogansi dan egoisme komunal penganut agama tertentu.
Terlalu banyak catatan hitam dalam lembaran sejarah manusia, di mana kebebasan
berpikir dan berekspresi tereksklusi hanya karena bertentangan dengan doktrin
agama tertentu yang sebenarnya hanya dimaknai subyektif oleh para penganut
agama tertentu. Persoalan yang muncul kemudian adalah, bagaimana posisi
kebebasan itu dalam bingkai kebebebasan orang lain, apakah kebebasan itu
sebenarnya justru tidak bebas karena dibatasi oleh hak dan kewajiban orang lain
untuk dihormati dan dihargai?
Tulisan ini, mencoba melihat
aspek kebebasan itu dalam perspektif Islam dan demokrasi, guna memposisikan
Islam sebagai agama yang menghargai kebebasan bukan mengkebiri kebebasan orang
lain karena doktrin ajarannya.